Kerajaan Nansarunai adalah kerajaan yang mempersatukan suku Maanyan antara 1309–1389.[1] Kerajaan Nansarunai mendapat serangan dua kali dari kerajaan Jawa (Majapahit) yang dalam bahasa Maanyan disebut Usak Jawa.[2], kemudian kejadian tersebut dilestarikan dalam bentuk syair-syair bahasa Maanyan.[3] Dengan adanya serangan tersebut masyarakat Nansarunai (suku Maanyan kuno) terpecah ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Suku Dayak Maanyan merupakan salah satu dari bagian subsuku Dayak dan juga merupakan salah satu dari suku-suku Dusun (Kelompok Barito bagian Timur) sehingga disebut juga Dusun Maanyan. Suku-suku Dusun termasuk golongan rumpun Ot Danum, salah satu rumpun suku Dayak sehingga disebut juga Dayak Maanyan. Suku Maanyan mendiami bagian timur Kalimantan Tengah terutama di kabupaten Barito Timur dan sebagian kabupaten Barito Selatan yang disebut Maanyan I. Suku Maanyan juga mendiami bagian utara Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Tabalong yang disebut Dayak Warukin. Dayak Balangan (Dusun Balangan) yang terdapat di Kabupaten Balangan dan Dayak Samihim yang terdapat di Kabupaten Kotabaru juga digolongkan ke dalam suku Maanyan. Suku Maanyan di Kalimantan Selatan dikelompokkan sebagai Maanyan II.
Suku Maanyan merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 2,80% dari penduduk Kalimantan Tengah, sebelumnya suku Maanyan tergabung ke dalam suku Dayak pada sensus 1930.[1]
Menurut orang Maanyan, sebelum menempati kawasan tempat tinggalnya yang sekarang, mereka berasal dari hilir (Kalimantan Selatan). Walaupun sekarang wilayah Barito Timur tidak termasuk dalam wilayah Kalimantan Selatan, tetapi wilayah ini dahulu termasuk dalam wilayah terakhir Kesultanan Banjar sebelum digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860 yaitu wilayah Kesultanan Banjar yang telah menyusut dan tidak memiliki akses ke laut, sebab dikelilingi daerah-daerah Hindia Belanda.
Menurut situs "Joshua Project" suku Maanyan berjumlah 71.000 jiwa.
Menurut sastra lisan suku Maanyan, setelah mendapat serangan Marajampahit (Majapahit) kepada Kerajaan Nan Sarunai, suku ini terpencar-pencar menjadi beberapa sub-etnis. Suku ini terbagi menjadi 7 subetnis, di antaranya:
· Maanyan Paju Epat (murni)
· Maanyan Dayu
· Maanyan Paju Sapuluh (ada pengaruh Banjar)
· Maanyan Benua Lima/Paju Lima (ada pengaruh Banjar)
· Maanyan Tanta (ada pengaruh Banjar)
· dan lain-lain
Keunikan Suku Dusun Maanyan, antara lain mereka mempraktikkan ritus pertanian, upacara kematian yang rumit, serta memanggil dukun (balian) untuk mengobati penyakit mereka.
Budaya Kematian
Makam suku Maanyan menunjukkan hierarki sosial. Jajaran makam kaum bangsawan terletak di hulu sungai, disusul ke arah hilir untuk makam kaum tentara, penduduk biasa, dan yang paling hilir adalah makam untuk kaum budak.indonesia
Bahasa Maanyan
Bahasa Dayak Maanyan banyak memiliki persamaan dengan bahasa di Madagaskar.
Organisasi
Organisasi suku ini adalah "Dusmala" yang menggabungkan 3 suku Dayak yang serumpun yaitu Dusun, Maanyan dan Lawangan".
Suku Maanyan di Kalimantan Selatan
Dayak Warukin (Maanyan Tanta) di desa Warukin, Kecamatan Tanta, Tabalong merupakan bagian dari Maanyan Benua Lima. Maanyan Benua Lima merupakan subetnis suku Maanyan yang terdapat di kecamatan Benua Lima, Barito Timur. Nama asalnya Maanyan Paju Lima. Istilah "benua" berasal dari Bahasa Melayu Banjar.
Upacara adat rukun kematian Kaharingan pada Dayak Warukin disebut mambatur. Istilah ini pada sub-etnis Maanyan Benua Lima pada umumnya disebut marabia.
Golongan suku Dayak Maanyan lainnya adalah Dayak Balangan (Dusun Balangan) di hulu sungai Balangan kecamatan Halong, Balangan dan Dayak Samihim di desa Betung, di kecamatan Pamukan Utara, Kotabaru yang memiliki musik yang khas yaitu kukurung.
0 comments:
Post a Comment