Mungkin kita masih ingat cerita tentang Kalender Suku Maya tentang 2012? Bahwa kalender mereka akan berakhir pada 21-12-2012, tepat hari jumat. Katanya dengan berakhirnya perhitungan pada kalender tersebut, maka berakhirlah kehidupan di bumi ini. Mungkin kita juga bertanya-tanya apakah memang tanggal itu dunia akan berakhir? Tulisan seperti yang ada di sini Episode 2012, mungkin akan sedikitnya memberikan gambaran lebih kepada kita. Silahkan dibaca. Lalu kalau memang mitos kiamat 2012 versi para penafsir kalender suku Maya ini tidaklah sebagaimana faktanya, apa fakta-fakta yang mengindikasikan bahwa kita sesungguhnya sudah di ambang kiamat? Satu hal, ingat benar bahwa kiamat tidak melulu ketika bumi hancur ditabrak meteor, atau ketika bumi ditabrak asteroid. Kepunahan juga adalah kiamat.
Mari kita membuka diri melihat dan merasakan bahwa bumi kita ini memanglah sudah berada pada fase kepunahan. Dengan kata lain, kiamat sudah mendekat. Dan kita juga termasuk yang mempercepat kiamat itu datang. Banyak fakta nyata yang mengindikasikan, suka atau tidak, kalau kita tidak mau mengubah prilaku kita atas alam, maka resiko yang harus ditanggung sangat berat dan nyata.
Manusia ternyata memberi sumbangsih yang sangat besar terhadap pemanasan global dan kehancuran ekosistem. Seperti yang kita tahu, pepohonan berperan mengurangi efek rumah kaca dan juga memproduksi oksigen. Tapi kenyataannya saat ini, setiap detik kita (manusia) memotong habis satu setengah hektar rimba belantara yang bumi ini miliki. Katau trend-nya tidak menurun, maka diprediksi dalam 40 tahun seluruh hutan yang kita miliki akan musnah. Bumi kita menjadi botak. Dalam beberapa tahun ke depan dampak semakin berkurangnya ‘hutan perawan’ yang kita miliki akan semakin terasa.
Tanah dan bumi kita sementara menderita. Ada kawan yang baru pulang dari Israel mengatakan bahwa, “Bagaimana mungkin Israel yang gersang begitu pernah disebutkan sebagai tanah yang subur, berkelimpahan susu dan madu?” Memang itulah yang terjadi. Tanah Palestina dulu pastilah subur dan hijau. Tetapi sekarang jumlah tanah yang subur semakin berkurang. Yang dulunya mungkin hutan lebat, sekarang tinggallah gurun pasir. Gurun Sahara itu, setiap tahun batasnya bergeser, bertambah sekitar 1 setengah meter.
Kerusakan demi kerusakan alam juga semakin terjadi akibat kecerobohan dan kerakusan manusia. Tidak bisa dipungkiri, kepunahan semakin dipercepat dengan ulah manusia itu sendiri. Setiap negara seakan berlomba menunjukkan “kehebatan” mereka membabat habis hutan-hutan lebat yang dimiliki mereka. Dalam catatan Guinness Book of World Record maka Indonesia tercatat sebagai perusak hutan tercepat di dunia, yaitu lima lapangan sepakbola per menit.
Batubara yang digali dalam setahun adalah endapan alami selama 400.000 tahun. Kalau demikian, tidak usah kita kemudian bertanya kenapa ya bumi kita semakin tandus dan gersang? Minyak bumi, hasil alam, hasil tambang yang kita miliki bukanlah sesuatu yang unlimited. Tapi semua itu terbatas dan ada batasnya. Kalau kita tidak mampu mengolahnya dengan bijak, kepada siapa lagi kita harus berharap?
Dalam buku Dunia di Ambang Kepunahan, Antony Milne menulis, “Sejarah menunjukkan bahwa awal menurunnya peradaban adalah karena gangguan iklim. Bangsa-bangsa seluruhnya terjepit oleh gerakan penekan udara dingin dari utara dan perluasan gurun pasir ke selatan, atau jika mereka tinggal di pantai mereka harus melarikan diri dari gelombang pasang yang terus bergerak cepat. Generasi sekarang menghadapi ancaman yang sama.” Manusia ditempatkan di bumi untuk memelihara bumi. Tetapi kalau manusia merusak dan mencemarkan bumi, maka bumi akan menjadi tandus lalu manusia sendiri akan terkena akibatnya. Kelangsungan hidup terancam punah. Kiamat.
Sekarang mari kita bicara soal air. Persedian air besih kita semakin berkurang. Kita begitu banyak memboroskan air bersih, sementara di lain tempat air adalah barang langka. Siapa diantara kita yang bisa hidup tanpa air? Tidak ada! Tiap hari tubuh kita butuh beberapa liter air. Otak kita 85% terdiri dari air dan tubuh kita 70% terdiri dari air. Nah, apakah bumi kita memiliki cukup air? Memang permukaan bumi terdiri dari 70% air. Tetapi dari jumlah air yang ada di bumi hanya 1% yang bisa diminum, 2% berbentuk es di kutub dan sisanya yaitu 97% adalah air asin di laut.
Sumber air minun kita hanyalah sungai, danau dan aquifer yaitu lapisan batu karang atau pasir di bawah tanah yang menahan air. Sangatlah terbatas. Di samping itu, proses canggih yang mengolah air sungai, danau dan aquifer menjadi bening dan bersih belum menjamin bahwa air itu sehat untuk tubuh. Air jernih yang tidak berbau bisa saja mengandung pencemaran. Karenanya, bodoh sendiri jika kita membuang sampah atau limbah secara sembarangan.
0 comments:
Post a Comment