Home » , , , , » Cita-cita Bungkarno menjadikan Indonesia Super

Cita-cita Bungkarno menjadikan Indonesia Super

Written By Gpnkoe on Thursday, May 9, 2013 | 6:17 AM

Cita-cita Soekarno untuk menjadikan NKRI sebagai “Kekuatan Asia”, mendorong beliau untuk membuat blue print perencanaan pembangunan Indonesia di masa pemerintahannya. Dalam pemikirannya kelak dikemudian waktu, Asia Pasifik akan jadi pusat dunia paling maju, paling kaya dan paling fenomenal dalam perjalanan sejarah peradaban modern manusia.

Bung Karno mencetuskan sebuah konsep perencanaan sebagai jawaban terhadap situasi sosial masa tersebut. Soekarno menerapkan model perencanaan berupa Nation Character Building. Character Building dalam persepsi beliau bermakna upaya untuk membangkitkan kebanggaan dan kecintaan terhadap bangsa sendiri dengan cara menggenjot pembangunan secara fisik. Tiga prioritas utama dalam kerangka Character building ialah pembangunan manusia, ekonomi dan fisik. Soekarno memilih geopolitik sebagai tahapan awal pembentukan sebuah bangsa, geopolitik sebagai alat modal kekayaan wilayah serta menjadikan geopolitik sekaligus sebagai modal sosial dalam membentuk perubahan total terhadap sejarah perkembangan masyarakat.

Visi Sukarno, di tahun 1975 Indonesia akan jadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara adikuasa dunia dalam konteks the big five. Amerika Serikat, Inggris, Sovjet Uni dan Jepang. Jepang dan Cina menurut Sukarno masih bisa dibawah Indonesia. Dan Indonesia jadi negara terkuat di Asia memimpin tiga zona wilayah meliputi Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Timur. Berikut adalah beberapa rencana-rencana Soekarno :

1. Menjadikan Palangkaraya sebagai Ibukota Negara

Awalnya Semaun yang membawa saran tentang perpindahan ibukota, Semaun adalah konseptor besar atas tatanan ruang kota-kota satelit Sovjet Uni di wilayah Asia Tengah. Hal ini kemudian disambut antusias oleh Bung Karno, selama 1 tahun penuh Bung Karno mempelajari soal Kalimantan ini, ia berkesimpulan "masa depan dunia adalah pangan, sumber minyak dan air. Pertahanan militer bertumpu pada kekuatan Angkatan Udara."

Lalu pada satu malam di hadapan beberapa orang Bung Karno dengan intuisinya mengambil mangkok putih di depan peta besar Kalimantan, ia menaruh mangkok itu ke tengah-tengah peta, kemudian Sukarno berkata dengan mata tajam ke arah yang mendengarnya "Itu Ibukota RI," Bung Karno menunjuk satu peta di tepi sungai Kahayan. Lalu Bung Karno ke tepi Sungai Kahayan dan melihat sebuah pasar yang bernama Pasar Pahandut, dari Pasar inilah Bung Karno mengatakan "Ibukota RI dimulai dari sini" ini sama persis dengan ucapan Daendels di depan Asisten Bupati Sumedang saat membangun jalan darat Pos Selatan untuk gudang arsenal Hindia-Perancis, ketika itu ia menunjuk satu tempat yang kita kenal sekarang sebagai Bandung "Bandung jadi titik nol wilayah pertahanan Jawa."

Bundaran Besar Palangkaraya
Pembangunan Jalan Palangkaraya dibuat lurus-lurus dan menuju satu bunderan besar, dimaksudkan bila terjadi perang Inggris terjadi maka jalan-jalan itu diperlebar sampai empat belas jalur untuk pendaratan pesawat tempur Mig21 yang diborong dari Uni Sovjet. Pangdam Kaltim di pertengahan tahun 1960-an Brigjen Hario Ketjik adalah salah satu fanatik Sukarnois yang menerapkan rencana ini di Kalimantan Timur. Pembangunan tata ruang kota Palangkaraya diatur amat teliti, sampai sekarang tata ruang kota Palangkaraya paling rapi di Indonesia.

2. Perencanaan Pertahanan Nasional

Bung Karno membagi kekuatan pertahanan nasional dalam dua garis besar : Pertahanan Laut di Indonesia Timur dengan Biak menjadi pusat armada-nya (ini sesuai dengan garis geopolitik Douglas MacArthur) dan Pertahanan Udara di Kalimantan. Sedangkan Bandung menjadi pusat Militer Angkatan Darat.

Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru sergap MiG-19 ,20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 Kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu KRI Irian). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.

Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat itu, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan.

Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salah satu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia.

3. Rancangan Tata Ruang Negara

Bung Karno menyusun dasar-dasar kota administrasi provinsi dengan dibantu eks Gubernur Jawa Timur RTA Milono, pada saat penyusunan birokrasi itu Bung Karno sedang menyiapkan cetak biru besar tentang rancangan tata ruang negara dari Sabang Sampai merauke. Antara Pulau Sumatera-Jawa dan Bali akan dibangun terowongan bawah tanah, karena rawan gempa Bung Karno meningkatkan armada pelabuhan antar pulau dipesan kapalnya dari Polandia. Tapi rencana membuat channel seperti di selat Inggris tetap diprioritaskan bahkan menjelang kejatuhannya di tahun 1966 ia bercerita tentang channel bawah tanah yang menghubungkan Pulau Sumatera-Jawa dan Bali

Pusat pelabuhan dagang bukan diletakkan di Jawa, tapi di sepanjang pesisir Sumatera Utara- Kalimantan-Sulawesi, Sukarno mempersiapkan rangkaian pelabuhan yang ia sebut sebagai "Zona Tapal Kuda". Wilayah Jawa dan Bali dijadikan pusat lumbung pangan. Kota-kota baru dibangun, pilot project-nya adalah Palangkaraya dan Sampit, setelah itu Jakarta juga dibangun untuk display ruang atau model kota modern. Jakarta tetap dijadikan pusat kota jasa Internasional sementara Palangkaraya menjadi pusat pemerintahan dan pertahanam militer udara.

0 comments:

Post a Comment