Home » , , , , , » Banyak Pemimpin Tapi Kualitasnya Politisi

Banyak Pemimpin Tapi Kualitasnya Politisi

Written By Gpnkoe on Thursday, April 25, 2013 | 11:13 AM

Banyak Pemimpin Tapi Kualitasnya Politisi

Jaman boleh berubah, kepala negara berganti berkali-berkali namun problema negara ini tetap sama, terjajah oleh kekuatan asing. Pada masa Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir dan para pejuang kemerdekaan dahulu berupaya sekuat tenaga mengusir penjajah dari bumi Indonesia dan berhasil.

Ironisnya, oleh penerusnya justru “digadaikan” kepada negara lain. Kekuatan penjajah tampaknya hanya berubah wajah, metamorfose, tapi inti kerakusannya tetap sama, yakni menggerogoti kekayaan Indonesia.

Bambang Budiono, staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya yang menggerakkan Pusat Studi Hak Azasi Manusia (Pusham)Unair mengudar pengamatannya terhadap masalah kebangsaan yang tengah ramai diperbincangkan. Cahyo Sudarso bersama Rokimdakas dari Indiependen menemui sosok nasionalis ini di sekretariat Pusham Unair, Jl. Karang Menur 4/14 Surabaya. Berikut penuturannya :

Memperlajari kiprah Tjokro Aminoto, Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir mau pun tokoh-tokoh pejuang terdahulu, apa sekarang kita masih bisa berharap bisa menemukan negarawan?

Selain Gus Dur (Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke-4, red) memang sekarang ini kita kehilangan negarawan, banyak pemimpin tapi kualitasnya masih politisi, levelnya hanya pemimpin parpol. Orang-orang yang dianggap pemimpin sekarang sebetulnya hanya kepala pemerintahan, jadi belum bisa disebut pemimpin bangsa. Kalau dulu banyak kita temukan pemimpin bangsa, seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir dan seangkatannya. Sesudah itu kita lebih banyak ke temu dengan kepala pe merintahan.

Tolok ukurnya bagaimana?

Itu bisa dilihat dari visi atau pidato-pidato yang disampaikan lebih banyak mengutarakan tentang hasil pembangunan, soal teknik dan bukan tentang visi bangsa ke depan. Bukan bagaimana peta nasional kita di tengah dinamika internasional. Lalu tentang sikap-sikap sebagai bangsa yang harus dilakukan menjadi garis ideologi bangsa dan ne gara kita, itu jarang sekali diwacanakan. Apalagi pasca reformasi.

Jika boleh menunjuk sosok yang menyebabkan kondisi bangsa seperti ini karena sistem politik yang dikembangkan Soeharto. Pendapat Anda?

Pada masa pemerintahan Soeharto memang terjadi proses deideologisasi. Sebelumnya lebih banyak menangani positioning bangsa terhadap situasi internasional. Para pemimpin bangsa waktu itu dengan sangat jelas memaparkan bahwa pertarungan internasonal adalah pertarungan kapitalisme, ekspansi kolonialisme dan perebutan wilayah idelogi di berbagai negara antara komunis dan kapitalis.

Itu yang kemudian turun dalam bentuk kolonialisme di Indonesia lalu menjadi tantangan perjuangan yang kemudian juga berhasil mengkonsolidasi gerakangerakan perlawanan yang dimotori oleh figur-figur yang kekuatan intelektualnya bagus serta visi kebangsaannya kuat sehingga pemikiran-pemikiran mereka itu ideologis dan visioner. Mereka melihat masalah kebangsaan itu jauh ke depan.

0 comments:

Post a Comment